Laman

Terima Kasih Anda Telah Berkunjung Ke Kawasan Penyair Madura

Senin, 31 Januari 2011

M. Maniro AF


M. Maniro AF bernama asli “MOH JUNAIDI” lahir di Sumenep pada tanggal 12 Agustus 1994 (New Brouk City “Pasongsongan”). Pendidikan dasarnya ditempuh di MI Annajah Pasongsongan. Pada tahun 2007 melanjutkan studinya di MTs 1 Annuqayah Putra, sekaligus merubah predikat dirinya menjadi seorang santri, santri PP. Annuqayah Guluk-guluk Sumenep tepatnya di daerah Latee. Dan saat ini dia masih tercatat sebagai siswa MA. Tahfidh Annuqayah angkatan 2010. Aktif di Teater SaKsI Annuqayah, Teater Sarung MA. Tahfidh Annuqayah, komunitas RuBah (Ruang Bahasa)dan Gubuk Sastra Kita (GSK) MA. Tahfidh Annuqayah. E-mail : maniro_af@yahoo.com . maniro.af@gmail.com


ZIARAHKU DALAM SUJUD

Kurasakan dingin
menebas ke seluruh ruang do’aku
sepasang khayal,
terlintas merabahkan usapan bergelora
aku bungkam,
tercekam dalam titik tengah-tengah takdir

Sesekali ruang pikiranku kelam
terhampar dalam tabir-tabir sujudku
aku musnah. nada-nada dzikir mulai menghujani luas hamparan pijakku
lantaran di antara pekik rintihku,
kerikil-kerikil dosa mengapung pada goresan sabda

Sekarang dengan bisikan takbir aku mencoba
merenungi alunan silam masa usiaku yang hampa
tersedu akan selah-selah rinai jiwa
sedangkan aku tahu aliran masa sudah jauh
menghilang dalam pelukan sejarah
akankah aku pasrah,
sepasrah Muhammad dalam sujudnya
yang setiap kali dalam gema sujudnya lantunan tasbih terukir indah
pada puing-puing firdaus.

12 2010

HANYA TINGGAL SKETSA LAZUARI
: Vicka Camelin

Seperti jejakmu
lahir,
dentingan hasrat tanpa wajah
mencengkram di setiap dimensi pelaminan
di mana waktu berlalu tanpa keguguran

Kau terpuruk
pada tebing-tebing persaksian abadi
memecahkan sunyi
dalam gulatan pecahan partikel asmara
yang kadang mengajakmu bergurau
melampaui dermaga keresahan
hingga kini kau diam
tak terkata.
membelenggu dalam ayunan sketsa lazuari
dan mencari yang tak perlu dicari
mungkin, pikirmu hanya derit daunan
padahal. gerimis pun ikut merahasiakannya

12 2010


KABAR KEMATIAN IBUMU
-Safitri

Kabar itu,
mencekam
di setiap sudut.asap putih layu
melambai-lambai
menyapa embun gersang
di setiap deru nafasmu

Keranda putih
sudah menghampar
di ambang pintu
sekejap asamu bercerai
terpatri dalam gemuruh angin dupa.
gelap mewarnai hitungan debu
kala ibumu pulang
entah kemana
Seruan manis tak terdengar lagi
hanya membius
dalam lengkungan tanah

Sudahlah, jangan kau rubah harimu
pada gemersik malam-malam
satukan lagi asamu
lukislah harinya di sana dengan indah dalam lintas do’amu

12 2010

SABDA KERTAS PUTIH

Satu tahun silam. kertas putih
berbingakai sutera
menelanku pada setiap risau burung malam
dia datang tanpa aku minta

Kertas putih berbingakai sutera
tertulis pada bulan september 2009
melelehkan sabda-sabda kasih sayang para pecinta
seperti halnya laila dan majnun

Sekarang di perantauan
arus nadiku, terasa sunyi, gersang
dalam hitungan waktu
menunggu hujan reda

Imajiku pupus
haruskah pada buih rerumputan yang menari-nari. aku titipkan
khikayat sepiku

Atau nantinya mereka tidak mau
aku takut, aku tergoncang
resahku berbaris pada setiap haluan

Atau mungkin akan aku simpan saja
dalam gelembung-gelembung ludah para penyair tempo dulu
yang setiap sajaknya mengandung gema dalam persaksian zaman.

Warnet, 12 2010

SAJAK UNTUK IBU

Setiap fenomena yang mewaktu
risalah kita, menembus cakrawala
tidak ada musim silam terluka
berlalu tanpa arah
tetapi, dengan jiwa yang tenang
aku masih ingin duduk di ranjang tuamu
mendengarkan dongeng-dongeng tak berkesudahan
dan pada akhirnya, jika aku mati
aku masih belum kenyang disisir oleh cintamu
maka betapa besar sesal abadiku nanti

Latee, 20 12 2010

SHALAT DI PANGKUAN-MU

Bismillahirrahmanirrahiem
Allahuakbar,
kumulai takbir
bergemuruh talbiah kebesaranmu
mengecup
puing-puing sendi
di seberang trotoar
fatihahku

Allahuakbar,
menunduk dalam ruku’
seakan aku patuh
seperti tunduk
ruku’ku

Allahu akbar
ku larut dalam i’tidal;
berdiri tegak. semisal alif-mu
pada tebing-tebing kebesaran-mu

Allahu akbar,
dua perkara sujudku
basah di atas sajadah keheningan
risau riuh angin berlalu mengiringi jelmaan tasbih-mu
aku tak kuasa menghitung
debu hitam
di padang gersang hidupku. sedu melelahkan semua yang ada

Sebelum salam pun
terasa rentetan butir dan biji –biji do’a
mengalung pada ruangku yang sesak
ku lafadzkan, semua yang bisa ku lafadzkan
ku dzikirkan, semua yang bisa kudzikirkan
ku serukan, semua yang bisa kuserukan
hingga aku lelah dan pecah
tanpa terlukis bayanganku

Dan akhirnya
ku akhiri sahlatku
di pangkuan-Mu. dengan dua lembar halaman salam

Warnet, 23 12 2010 (Revisi)

TIGA AYAT UNTUK IBU

Ayat satu :
Ibu adalah dunia
sebelum kita melihat dunia

Ingatkah,
dulu kita pernah membaca berbaris-baris puisi
di ruang rahim ibu

Ayat dua :
Ibu adalah bias senyum mentari
yang berhasil menerjemah harfiah kehidupan
petang maupun terang,
ia sinari dengan tangan gerhana kasih sayang

Petuah dan dongeng
yang selalu lahir dari lengkungan bibirnya
pernahkah kita memahaminya

Ayat tiga :
Ibu adalah kasidah rindu
yang selalu bergema
dan menyelusup pada setiap ingatan

Hingga kini dia tetap menyatu
pada setiap jiwa
yang tak pernah kosong dengan bermacam rasa air susunya
yang dituangkan lewat dekapan
namun dengan manja dan nakalnya saja


PP.Annuqayah Latee, 26-27 12 2010

2 komentar:

rinai hujan sore mengatakan...

madura bangga turut memilikimu!

Unknown mengatakan...

suksess sllu eo.,.,.,.,