Laman

Terima Kasih Anda Telah Berkunjung Ke Kawasan Penyair Madura

Minggu, 01 April 2012

Mawardi Stiawan


MAWARDI, dengan nama pena Mawardi Stiawan yang muncul di berbagai media. Lahir di Desa Banuaju Barat Batang-Batang Sumenep Madura. tepatnya di Dusun Gunung Pekol. Pada tanggal 21 Desember 1992. Saat itu, dia mulai belajar menulis sejak duduk bangku kelas VII MTs. Taufiqurrahman di halaman kampungnya sendiri. Dia mengawali menulisnya dengan berawal dari menulis biodatanya sendiri. Kemudian setelah lulus. Dia melanjutkan studinya ke PP. An-nuqayah daerah Lubangsa. Disitulah dia mulai mengembangkan kreaktifitas menulis bersama sahabatnya, sementara hutan, angin, air dan kondisi alam di sekitarnya menjadi inspirasinya dalam menulis. Saat ini, dia tercatat sebagai salah satu Printis Komunitas PERSI (Penyisir Sastra IKSABAD). Dia juga pernah belajar bersama dengan Sanggar ANDALAS. Karya-karyanya pernah dipublikasikan, di Buletin Rendezvous (IKSTIDA), Al-Fikr (IKSABAD), Buletin Variez (Latee II), Majalah Infitah, Exsikutive News, Buletin Pena Kampus (Buletin Jurusan Komunikasi Unitri Malang), Buletin Sidogiri,  Jawa post group (Radar Madura ) dan Antologi TIRTA bersama penulis muda An-nuqayah. Pengalaman lainnya adalah Puisi dengan judul “Ta'temmong” sebagai juara II dalam rangka lomba LKTI yang diadakan oleh Organisasi ISI, tahun (2010), Puisi dengan judul “Gilirya Akhir November” sebagai juara  I dalam rangka lomba menulis puisi dan cerpen yang diadakan oleh Organisasi IKSABAD, tahun (2010). Terakhir puisi dengan judul “Berguru Pada Daun” sebagai juara I dalam rangka lomba LKTI yang diadakan oleh Organisasi IKSTIDA, tahun (2010),  DLL. Saat ini lagi mau menerbitkan Antologi Puisinya dengan judul “Malang Melintang” bersama penyair diam-diam, Subaidi Pratama.  Tercatat sebagai Pimred Buletin Pena Kampus dan saat ini menjadi pengasuh Komunitas Dialog Langit (perkumpulan anak komunikasi yang belajar membaca-menulis-berdiskusi bersama) sekaligus menjadi Mahasiswa Unitri Malang Fakultas Sosial dan Politik, Jurusan Ilmu Komunikasi.
Kontak komunikasi:
E-mail: mawar_ku50@yahoo.co.id dan juga mengasuh blog penyairbanyuayu.blogspot.com

Risauku Di Ujung Kemarau

ketika itu bulan telah terhitung genap
dalam sejarah pergantian senyapku
segelintir desau angin sallju
mengipasku pelan-pelan
bersama sebintik embun yang jatuh
erat memeluk kesepian rerumputan

Ada yang ingin ku ceritakan padamu, di
Tentang kemarau yang telah mengantarkanku
Pada kebimbangan, kemalasan dan kedustaan
Aku dibuat terlena dalam buaian manis kenikmatan
Hingga aku pun jadi lupa
Dari makna waktu dan sejarah
Kemudian menidurkanku pada luka-luka yang berdarah
Membawaku terbang dalam khayal belaka
Lalu menenggelamkan segala mimpi-mimpiku

Kini aku hanya bisa bersulam
Dalam ketidakpastian sejarah masa depan
Karena diantara pergantian musim lalu
Aku telah gagal menanggalkan ketekunan hati
Di setiap rakaat catatanku
Dan aku pula yang telah gagal
Menciptakan warna pelangi
Di setiap sudut rumahku
Hingga aku di buatnya lupa
Pada kewajibanku sebagai diriku dan hamba-Nya
Sebab aku telah melalaikan segala kenangan dan amanat
Menidurkan tiap-tiap lembar firman-Mu
Menikmatinya dengan tidur pulas
Di atas ranjang kemalasan

Malang, 20 Juli 2011

Puisi Tak Usai

Kenapa tidak engkau lemparkan saja peraasaan ini
Biar gemuruh dan harapan tak lagi tumbuh
Lalu mengakarlah dalam lubukku

Bila saatnya tiba musim bertopeng
Dimana ketika kita selalu dipertemukan pada kepalsuan cuaca
Sehingga matahari benar-benar  menyepi dalam selimut

Malam berikutnya
Biarlah kesunyian ini menjadi tamu kehormatanku
Lalu Akan ku basuh segala kesepian ini
Dengan tarian ilalang dan lagu malam

Dan di lentik matamu
Puisi ini tak usai

Malang, 23 Januari 2012

Sajak Terakhir
      -buat kekasihku

Barangkali inilah sebuah luka
Yang seringkali engkau takutkan
Kita akan pergi dan tak akan pernah kembali lagi

Sesaat setelah siang bertukar rumah dengan senja
Ada gelombang baru yang sulit aku tafsiri
Aku pun jadi diam setelah
Angin itu membawa matahari menjadi malam

Sementara angin sangsai itu
Terus bergemuruh
Sambil memainkan isyarat alam
Lalu datanglah awan berselimut kelabu

Dan malam itu, airmata ini
Tanpa terasa turun dalam keadaan telanjang
Airnya teramat hangat sekali
Dan rasanya seperti air laut

Malam berikutnya
Aku benar-benar sah milik tuhan

Malang, 2012

Sajak Buat Nabi Muhammad SAW

Pa,
Di bulan ini ada sejarah
Yang kadang kita lupakan
Lantaran waktu terus berhembus
Laut bergelombang
Dan matahari selalu setia bertukar rumah dengan bulan

Maulid nabi
Jika boleh aku menyebutnya
Dimana pada bulan itu
Tetumbuhan tumbuh dengan seribu buah
Airnya mengalir mesra
Langitnya cerah
Dan buminya sejahterah

Sementara angin diluar sana terus mendesir
Sambil membawa anugrah Tuhan
Dari arah yang berbeda
Disisi yang lain matahari itu terus berlari
Meng-nur-kan bumi seisinya

Pa,
Dialah nabi Muhammad SAW

Malang, 2012


Biarlah Aku Pergi

Tak usa ad airmata
Bila sajak keergianku datang menemuimu
Biarlah aku pergi
Dengan sebuah senyuman
Disaat malam terus benyanyi
Bulan yang bersinar menyinar
Dan ketika matahari telah datang
Menjemput kicau burung-burung pemanjat doa

Biarlah aku pergi
Dengan sebuah senyuman

Banuaju, 2012

Hujan Itu

Hujan itu, Mi
Membawaku terbang
Pada masa dimana dahulu aku pernah telanjang
Dalam mimpi di laut otakku
Gelombang dan angin sama-sama bergandengan tangan
Memainkan anganku dalam langitku awan kelabu

Hujan itu, Mi
Begitu deras
Samapai sampan-sampanku hancur
Dalam pelabuhanku sendiri
Dan kini
Hujan itu
Benar-benar menjumpaiku lagi.

Banuaju, 2012

Sketsa Alam Banuaju

Indah sekali desaku ini
Desa yang dahulu engkau beri nama banuaju
Setiap matahari datang menemui pagi
Dari Lelagu burung-burung, ayam yang berkokok
Katak yang bernyanyi dari airmata airmu
Selalu mengantarkan dawai di hati

Udaranya begitu segar
Desaku hijau
Tetumbuhan tumbuh segar
Subur dari lading-ladang yang terjatuhi airmata langit

Kupu-kupu dan capung mulai bedatangan
Dari sisa musim yang lain jarak yang berbeda
Dan harum bunga-bunganya menebar pesona

Itulah desaku yang permai
Setiap pagi orang-orang pergi ke sawah
Sambil membawa cangkul
Dan bernyanyi riang dari secangkir kopi
pengusir sepi

dan jika sudah waktunya panen
kami pun tak lupa bersedekah

Banuaju, 2012