Laman

Terima Kasih Anda Telah Berkunjung Ke Kawasan Penyair Madura

Jumat, 10 Februari 2012

Anshori Musim El Kurzamie


Anshori Musim El Kurzamie nama pena dari Anshori pria kelahiran 08 Oktober 1994 ini sekarang masih berstatus sebagai siswa kls XI A MA Al Karimiyyah sekaligus nyantri di pondok pesantren Al Karimiyyah beraji gapura sumenep sebelumnya penulis menempuh pendidikannya di MI Khusnul Khotimah Aeng Merah Batu Putih Sumenep kemudian meneruskan MTs-nya di beraji sambil nyantri, penulis juga dipercaya sebagai pemerhati Organisasi Intra Sekolah (OSIS) sebagai pengangkat program intelektual baik akademik maupun non akademik (2006-2007), penulis diberi tanggung jawab sebagai ketua ekstra MTQ (2006-2007) penulis juga diberi amanah sebagai pengurus bakat dan minat di pondok pesantren Al- Karimiyyah dari tahun 2009 sampai sekarang.

Ditengah-tengah kesibukannya penulis juga tercatat sebagai mantan sekretariat sanggar BIANGLALA (2010), dan sekarang penulis menjabat sebagai ketua sanggar BIANGLALA, penulis juga tercatat sebagai Lay Out bulletin cakrawala. Sambil menjalani tugas, penulis tak hanya aktif di sanggar bianglala tapi juga aktif dalam kajian kumunitas Rakyat Taresna (RT) Sekolah Tinggi Islam Al Karimiyyah (STIA) dll.

Pria kelahiran 1994 ini juga mengikuti berbagai lomba baca puisi dan cipta puisi dari tingkat kecamatan sampai tingkat jawa timur disamping itu penulis juga sering mengikuti lomba lukis dari tingkat kabupaten sampai tingkat nasional. Beberapa prestasi yang diperolehnya diantaranya juara I baca puisi (2005), juara II baca puisi (2006), juara I baca puisi (2007), juara I cipta puisi semadura tahun 2010 (merebut piala Asia_D. Zawawi Imron), dan juga juara I lomba Lukis (2005). Juga terpilih sebagai satu orang terbaik mengikuti porseni jawa timur perwakilan kabupaten sumenep (2011), dll.

Untuk berbagai aktifitas sastra ia sering mengikuti dialog, kajian, diklat, diskusi, seminar, workshop dan bedah buku, selain itu ia juga aktif menulis puisi sejak MTs kls VIII dan sampai sekarang ia juga menulis fiksi, cerpen, opini, artikel, dan kritik. Beberapa tulisannya juga dimuat di berbagai majalah dan bulletin dwi mingguan, hal lain penulis juga pernah diminta untuk menjadi pemateri dalam sosialisasi pembenahan kematian karya sastra dimedia (2011) dan ia juga pernah diminta untuk menjadi juri lomba cipta puisi (2010-2011).

Sejumlah antologinya yang sudah terbit antara lain HIJRAH (antologi bersama sanggar bianglala 2011), DZIKIR SENYUM (antologi pribadi dan pertamanya 2011), dan sayup-sayup sayap(2012).

Untuk info lebih lengkap mengenai penulis atau bisa buka facebook penulis: anshori musim el kurzamie, Email: anshori_musimelkurzamie@yahoo.co.id juga bisa langsung kunjungi: www.anshorimusimelkurzamie.blogspot.com.


bintang di lehermu tuntaskan kematian

kupecahkan alam dan melepas nisan hitam
seluruhnya kukabarkan pada bunga kenanga
jatuh setegah abad
membayangkan sebuah pertemuan dalam angan

duh, aku melihat dilehermu
ada bintang-bintang membacakan ayat rindu
tanpa ada rencana
aku tetap memaknainya sebagai pelepasan kematian
seraya aku mengingat
ucap dari bibir mungilmu
atas diriku musim bunga telah mangantarkan
lebam serpihan usia
pada ruhku yang susah sekali dibaca
keksucian doa yang melempar kematamu
kembali menjelma ruang kosong
sebagai tatapan sunyi yang ikhlas menerima kecupan
lalu kuciptakan kamar paling dalam
sebagai pertemuan dan perbincangan kita
sebelum waktu benar-benar melarungkan hasrat
yang menggiringi kita pada busa lentur jiwa

kau berdiri sambil saksikan peristiwa didadaku
dan pada tembok belakang itu kita saksikan
bayang-bayang yang terlebih dahulu menggebu
sebuah rambat yang senantisa mendhalimi
antara pembakaran cinta yang setiap hari
menjadi bunga melankolia


sumenep, 2011


ibu, perempuan yang hendak kupinang
kini telah menipuku

pu ami-ami belalang-lalang kupu-kupu
siang makan sedih kalau malam kau menipuku

ibu, perempuan yang hendak kupinang kini telah menipuku
sebilah bayang-bayang semakin menjulur
menunggu remang kabut yang hendak kuceritakan padamu
malam itu, ibu
sebenarnya aku ingin membawa satu perempuan padamu
dengan ikal rambutnya yang bergelombang
pun riak wajahnya yang berpulau topan
namun aku tak sempat
karena rembulan waktu itu
benar-benar menyobek punggungku
hingga aku tak dapat lagi berjalan secepat waktu

meski aku tertipu, doaku tetap memantul, ibu
agar perempuan itu dilaknat menjadi batu
kemudian diam mengenang kematian
dan ketika kemenangan kembali berayun mesrah_menemuiku
aku akan membakar kicau munafik dari mulutnya

kenapa tak kau potong saja leher perempuan itu, ibu
bila kau mau?
sebab kalau dia masih tumbuh pada rambutku
dia tetap saja mencangkul otakku dengan keras
aw, sungguh sakit ibu

malam-malam telah hampir berderak
serupa gangguan lampu neon dari mimpi angin
dan aku masih saja merindukan perempuan itu
dengan sedikit perih dan segala dingin dalam diri
mungkinkah, ibu
perempuan itu akan kubawa lagi padamu
sementara hari ini dia dengan sopan
menyusup sebagai dongeng tangis dengan luka yang kian
bengis
dia berlari membawa api_menghadapku
matanya menyalakan sepasang dusta
pun rambutnya berumbai bagai ombak yang baru usai

sekali lagi kukatakan padamu, ibu
perempuan itu masih setia menipuku

pu ami-ami belalang-lalang kupu-kupu
siang makan sedih kalau malam kau menipuku

sumenep, 2011


hasratku terbang menuju sumsum rusukmu

terakhir aku melihatmu
seperti ada seribu tusuk jarum
yang bening membelai namaku
dan hasratku terbang menuju sumsum rusukmu

dimana kenangan yang seringkali kau ucapkan
dan seringkali kau janjikan padaku?
sementara rinduku yang kini berangkat
membuka apapun dalam diam
hingga doaku selalu tak terpanjatkan
mungkin saja kau sengaja atau ingin menyiksa
kembali kau tusuk mataku dengan keras
aduh, senja menepi kemudian bersholawat diwajahku

hari ini, sebenarnya ada yang ingin kutulis diwajahmu
secarik azimat dengan tahlil mawar
tapi tiba-tiba badai menyeretku
hingga wajah kita serupa ombak dalam laut
kadang pasang-kadang surut

sumenep, 2011


sungai-sungai yang masih mengalir didadaku

lupakan saja ciuman itu, ma
sebab tangisku sekarang mengerutupkan kiamat
sungai-sungai yang masih mengalir di dadaku
berubah jadi laut temaramkan musim
dan kabut yang mahir bercerita

kita adalah dua ekor merpati, ma
sepanjang perjalanan
memanjatkan dengkur bulan
dan kau tak pernah paham
inilah bungkus wajah
dengan 99 prajurit mengiring retak samudera
pada rindu yang disakralkan pelukmu

dengan menembus gugus bintang, ma
aku dapat mamaknai puisi yang kau cipta tenpo hari
sambil bernyanyi, menari
hingga beragam kalimat telah kau semburkan semua

dijalanmu, aku memujimu
bersama terik matahari yang pilu dari masa lalu

sumenep, 2011

Tidak ada komentar: