MAWARDI, dengan nama pena Mawardi Stiawan yang
muncul di berbagai media. Lahir di
Desa Banuaju Barat Batang-Batang Sumenep Madura. tepatnya di Dusun Gunung
Pekol. Pada tanggal 21 Desember 1992. Saat itu, dia mulai belajar menulis sejak
duduk bangku kelas VII MTs. Taufiqurrahman di halaman kampungnya sendiri. Dia
mengawali menulisnya dengan berawal dari menulis biodatanya sendiri. Kemudian
setelah lulus. Dia melanjutkan studinya ke PP. An-nuqayah daerah Lubangsa.
Disitulah dia mulai mengembangkan kreaktifitas menulis bersama sahabatnya,
sementara hutan, angin, air dan kondisi alam di sekitarnya menjadi inspirasinya
dalam menulis. Saat ini, dia tercatat sebagai salah satu Printis Komunitas
PERSI (Penyisir Sastra IKSABAD). Dia juga pernah belajar bersama dengan Sanggar ANDALAS. Karya-karyanya
pernah dipublikasikan, di Buletin Rendezvous
(IKSTIDA), Al-Fikr (IKSABAD), Buletin
Variez (Latee II), Majalah Infitah, Exsikutive News, Buletin Pena
Kampus (Buletin Jurusan Komunikasi Unitri Malang), Buletin Sidogiri, Jawa
post group (Radar Madura ) dan Antologi TIRTA
bersama penulis muda An-nuqayah. Pengalaman lainnya adalah Puisi dengan judul “Ta'temmong” sebagai juara II dalam
rangka lomba LKTI yang diadakan oleh Organisasi ISI, tahun (2010), Puisi dengan
judul “Gilirya Akhir November”
sebagai juara I dalam rangka lomba
menulis puisi dan cerpen yang diadakan oleh Organisasi IKSABAD, tahun (2010).
Terakhir puisi dengan judul “Berguru Pada
Daun” sebagai juara I dalam rangka lomba LKTI yang diadakan oleh Organisasi
IKSTIDA, tahun (2010), DLL. Saat ini
lagi mau menerbitkan Antologi Puisinya dengan judul “Malang Melintang” bersama penyair diam-diam, Subaidi Pratama. Tercatat sebagai Pimred Buletin Pena Kampus
dan saat ini menjadi pengasuh Komunitas Dialog Langit (perkumpulan anak komunikasi yang belajar membaca-menulis-berdiskusi
bersama) sekaligus menjadi Mahasiswa Unitri Malang Fakultas Sosial dan
Politik, Jurusan Ilmu Komunikasi.
Kontak komunikasi:
Risauku Di Ujung
Kemarau
ketika itu bulan
telah terhitung genap
dalam sejarah
pergantian senyapku
segelintir desau
angin sallju
mengipasku
pelan-pelan
bersama sebintik
embun yang jatuh
erat memeluk
kesepian rerumputan
Ada yang ingin ku
ceritakan padamu, di
Tentang kemarau yang
telah mengantarkanku
Pada kebimbangan,
kemalasan dan kedustaan
Aku dibuat terlena
dalam buaian manis kenikmatan
Hingga aku pun jadi
lupa
Dari makna waktu dan
sejarah
Kemudian
menidurkanku pada luka-luka yang berdarah
Membawaku terbang
dalam khayal belaka
Lalu menenggelamkan
segala mimpi-mimpiku
Kini aku hanya bisa
bersulam
Dalam ketidakpastian
sejarah masa depan
Karena diantara
pergantian musim lalu
Aku telah gagal
menanggalkan ketekunan hati
Di setiap rakaat
catatanku
Dan aku pula yang
telah gagal
Menciptakan warna
pelangi
Di setiap sudut
rumahku
Hingga aku di
buatnya lupa
Pada kewajibanku
sebagai diriku dan hamba-Nya
Sebab aku telah
melalaikan segala kenangan dan amanat
Menidurkan tiap-tiap
lembar firman-Mu
Menikmatinya dengan
tidur pulas
Di atas ranjang
kemalasan
Malang, 20 Juli 2011
Puisi Tak Usai
Kenapa tidak engkau
lemparkan saja peraasaan ini
Biar gemuruh dan
harapan tak lagi tumbuh
Lalu mengakarlah
dalam lubukku
Bila saatnya tiba
musim bertopeng
Dimana ketika kita
selalu dipertemukan pada kepalsuan cuaca
Sehingga matahari
benar-benar menyepi dalam selimut
Malam berikutnya
Biarlah kesunyian
ini menjadi tamu kehormatanku
Lalu Akan ku basuh
segala kesepian ini
Dengan tarian
ilalang dan lagu malam
Dan di lentik matamu
Puisi ini tak usai
Malang, 23 Januari 2012
Sajak Terakhir
-buat kekasihku
Barangkali inilah
sebuah luka
Yang seringkali
engkau takutkan
Kita akan pergi dan
tak akan pernah kembali lagi
Sesaat setelah siang
bertukar rumah dengan senja
Ada gelombang baru
yang sulit aku tafsiri
Aku pun jadi diam
setelah
Angin itu membawa
matahari menjadi malam
Sementara angin
sangsai itu
Terus bergemuruh
Sambil memainkan
isyarat alam
Lalu datanglah awan
berselimut kelabu
Dan malam itu,
airmata ini
Tanpa terasa turun
dalam keadaan telanjang
Airnya teramat
hangat sekali
Dan rasanya seperti
air laut
Malam berikutnya
Aku benar-benar sah
milik tuhan
Malang, 2012
Sajak Buat Nabi
Muhammad SAW
Pa,
Di bulan ini ada
sejarah
Yang kadang kita
lupakan
Lantaran waktu terus
berhembus
Laut bergelombang
Dan matahari selalu
setia bertukar rumah dengan bulan
Maulid nabi
Jika boleh aku
menyebutnya
Dimana pada bulan
itu
Tetumbuhan tumbuh
dengan seribu buah
Airnya mengalir
mesra
Langitnya cerah
Dan buminya
sejahterah
Sementara angin
diluar sana terus mendesir
Sambil membawa
anugrah Tuhan
Dari arah yang
berbeda
Disisi yang lain
matahari itu terus berlari
Meng-nur-kan bumi
seisinya
Pa,
Dialah nabi Muhammad
SAW
Malang, 2012
Biarlah Aku Pergi
Tak usa ad airmata
Bila sajak
keergianku datang menemuimu
Biarlah aku pergi
Dengan sebuah
senyuman
Disaat malam terus
benyanyi
Bulan yang bersinar
menyinar
Dan ketika matahari
telah datang
Menjemput kicau
burung-burung pemanjat doa
Biarlah aku pergi
Dengan sebuah
senyuman
Banuaju, 2012
Hujan Itu
Hujan itu, Mi
Membawaku terbang
Pada masa dimana
dahulu aku pernah telanjang
Dalam mimpi di laut
otakku
Gelombang dan angin
sama-sama bergandengan tangan
Memainkan anganku
dalam langitku awan kelabu
Hujan itu, Mi
Begitu deras
Samapai
sampan-sampanku hancur
Dalam pelabuhanku
sendiri
Dan kini
Hujan itu
Benar-benar
menjumpaiku lagi.
Banuaju, 2012
Sketsa Alam Banuaju
Indah sekali desaku
ini
Desa yang dahulu
engkau beri nama banuaju
Setiap matahari datang
menemui pagi
Dari Lelagu
burung-burung, ayam yang berkokok
Katak yang bernyanyi
dari airmata airmu
Selalu mengantarkan
dawai di hati
Udaranya begitu
segar
Desaku hijau
Tetumbuhan tumbuh
segar
Subur dari
lading-ladang yang terjatuhi airmata langit
Kupu-kupu dan capung
mulai bedatangan
Dari sisa musim yang
lain jarak yang berbeda
Dan harum
bunga-bunganya menebar pesona
Itulah desaku yang
permai
Setiap pagi
orang-orang pergi ke sawah
Sambil membawa
cangkul
Dan bernyanyi riang
dari secangkir kopi
pengusir sepi
dan jika sudah
waktunya panen
kami pun tak lupa
bersedekah
Banuaju, 2012