Zainul Muttaqien Lelaki kelahiran Kampung Garincang, Batang-Batang Laok, Batang-Batang Sumenep Madura 18 Nopember 1991, Ia seorang Mahasiswa Bahasa Inggris STAIN Pamekasan Madura. Alumnus Pondok Pesantren Annuqayah Guluk-guluk Sumenep Madura, pernah bergiat di Komunitas teater sanggar Andalas Ponpes Annuqayah dan pernah diundang mengikuti Liburan Sastra Pesantren (Berlibur, Berkarya, Bersastra) se-Indonesia oleh Matapena bekerjasama dengan penerbit Lkis di Yogyakarta dan beberapa penulis terkemuka di Indonesia (Yogya, 9-12 Juli 2008)
Beberapa karyanya berupa Artikel, Gagasan, Essay, Cerpen dan Puisi dimuat di beberapa Media seperti; Majalah Kuntum (Jogjakarta,) Majalah Almadina(Surabaya) Joglo Semar, Banjar Masin Post, Merapi, Radar Madura (Jawa Pos Group), Jawa Pos,
Karya-karyanya juga masuk dalam beberapa Antologi bersama seperti; Kaliopak Menari (Antologi Puisi dan Cerpen, Matapena: Jogjakarta, 2008) Wanita yang Membawa Kupu-Kupu (Antologi Puisi dan Cerpen, Dewan Kesenian Sumenep: Juni 2008) dan salah satu cerpennya (Perempuan yang Melukai) masuk sebagai Pemenang Karya Favorit Tingkat Nasional LMCR 2011 yang diadakan Rohto Mentholatum Golden Awards
Beberapa karyanya berupa Artikel, Gagasan, Essay, Cerpen dan Puisi dimuat di beberapa Media seperti; Majalah Kuntum (Jogjakarta,) Majalah Almadina(Surabaya) Joglo Semar, Banjar Masin Post, Merapi, Radar Madura (Jawa Pos Group), Jawa Pos,
Karya-karyanya juga masuk dalam beberapa Antologi bersama seperti; Kaliopak Menari (Antologi Puisi dan Cerpen, Matapena: Jogjakarta, 2008) Wanita yang Membawa Kupu-Kupu (Antologi Puisi dan Cerpen, Dewan Kesenian Sumenep: Juni 2008) dan salah satu cerpennya (Perempuan yang Melukai) masuk sebagai Pemenang Karya Favorit Tingkat Nasional LMCR 2011 yang diadakan Rohto Mentholatum Golden Awards
Fragmen Air Mata
Engkau selalu datang dengan sisa gerimis di wajahmu
Mengabarkan sepi yang perih dengan suara-suara sumbang
Sebentar langit mengisakkan tangismu
Menjadi musim-musim kemarau di tanah-tanah
Matamu merekah sayu meminang kenagan letusan tertumpah
Luruh yang mendendangkn sayup di paras luka
Kini beribu luka mendesah nyeri meradang dimatamu
Memanggil masa silam dari impian yang terluka
Serta dahaga di matamu masih mengabarkan air mata
Tersungkurnya kisah-kisah dalam rekaman
Menderu di matamu
Sampai waktu menghabiskan sisa usia
Engkau datang dengan mata mengalir
Yogyakarta. Agustus 2009
Aku Berlari ke Matamu
Seperti malam-malam yang mendesirkan angin
Dan setelah itu hujan runtuh melalui derit-derit pintu di rumahmu
Jendela-jendela itu perlahan merapatkan sepi
Aku berlari ke matamu dari sisa jalanan peristiwa yang ngeri perih nyeri
Seperti tidur dengan mimpi-mimpi peluru mengerang tangis
Setelah terbangun kembali kematamu aku berlari
Diantara desakan-desakan hujan malam itu
Berlari ke matamu sampai surga lahir disana sebagai rumah
Aku mengupacarakan keabadian hidup di matamu
Seolah hari-hari yang kemarin memudar ke udara dalam kisah
Sebab terakhir pelarian ke matamu
Terlahir senyum
Mak sesudah setiap peristiwa nganga nanar mengalir jerit
Aku terus berlari ke matamu
Di matamu aku berlari
Yogyakarta Agustus 2009
Tayyuban
:kawan-kawan teater Sanggar Andalas(Annuqayah)
Aku datang dari hlir tasbih dalam dzkirmu
Semerbak aroma kuusapkan di halaman matamu
Menebar rindu dalam persembahan sujud
Disini kita mendendangkan kenangan
Merangkai matahari dalam senyum
Dan kita terus bernyanyi sebagai kekasih
Yang mengalun dalam gendang tayyuban itu
Dianatara penari-penari mesra
Annuqayah, Guluk-guluk. Sumenep 4 Februari 2008